Self-Healing : Obat Paling Penting dalam Penyembuhan

Sebagian besar orang pernah merasa dan mengalami kelelahan emosional dalam berbagai bentuk. Masih ingat pembahasan sebelumnya mengenai Toxic positivity?

Seperti yang sudah kita tahu, niatnya temanmu mungkin baik, supaya kamu dapat lepas dari segala emosi negative dengan  melihat aspek-aspek yang perlu kamu syukuri. Tetapi justru kamu malah semakin merasa tertekan mendengarnya. Lalu apa sih hal yang bisa buat kamu merasa lebih baik?

 


Self-healing untuk Penyembuhan Diri

Merasa ‘ngga baik-baik aja’ bukan hal yang dilarang dalam kehidupan, banyak kejadian yang akhirnya membuat kita berada di fase tersebut. Sama seperti luka di kaki saat kecil jatuh dari sepeda, luka yang berada di perasaan dan ingatan pun perlu untuk diobati.

Seperti luka yang akan menjadi infeksi jika kamu abaikan, perasaan yang kamu abaikan juga akan menimbulkan berbagai permasalahan lainnya. Dan yang dapat menyembuhkan luka yang kamu miliki adalah diri kamu sendiri. Itulah kenapa setiap orang memiliki waktu yang berbeda-beda dalam menyembuhkan lukanya, karena bukan waku yang menjadi ‘obat’, tapi kemampuan diri kita untuk menyembuhkanlah yg menjadi ‘obat’ paling penting dalam menyembuhkan.

Self-healing merupakan sebuah proses untuk menyembuhkan diri dari luka batin yang kita miliki dengan bantuan kekuatan dalam diri kita.

Self-healing berguna untuk menyelesaikan unfinished bussines yang berakibat pada kelelahan emosi seseorang. Apapun pengaruh di luar diri kamu yang diberikan terhadapmu untuk membuatmu merasa lebih baik, pandanganmulah yang menentukan apa pengaruh itu berharga atau tidak.

Yang perlu diingat dan disadari bahwa mekanisme penyembuhan diri itu butuh proses. Kita engga akan merasa lebih baik dengan memaksa diri kita menjadi baik saat itu juga.

 

Lalu, bagaimana cara melakukannya?

Beberapa cara yang bisa membantu menyembuhkan diri sendiri menurut professor psikologi klinis, Max Hammer, PhD antara lain:

     Jujur pada diri sendiri

Saat kita merasakan emosi negative, jujurlah kepada diri sendiri. Jika kamu berpikiran bahwa kamu selalu baik-baik aja, kamu akan menghambat dirimu untuk mengekspresikan apa yang benar-benar kamu rasakan secara bebas. Kamu berusaha senang meskipun sebenarnya kamu tidak senang dan kamu takut mengungkapkan itu kepada orang lain.

    - Maknai terhadap yang kamu rasakan

Apapun yang terjadi dalam hidup ini sering berada di luar kontrol kita. Namun ada satu hal yang bisa kita kendalikan, yaitu cara kita memandangnya. Segala kesedihan yang kita rasakan dapat kita jadikan pelajaran berharga dengan memandangnya sebagai tahap untuk menjadikan kita lebih baik.

    - Lepaskan kesedihan masa lalu

Mencari kegiatan yg memuaskan diri kamu secara sementara tanpa bemar-benar berdamai dengan keadaanmu hanya akan memberi ketenangan yang tidak akan berlangsung lama. Akibatnya kamu justru akan ketergantungan dengan pelarianmu setiap kali teringat perasaan buruk tersebut.

Namun, menurut pengalaman gue pribadi self-healing bisa dilakukan dengan me-time  dan menulis ekspresif.

 Me-time dilakukan saat kalian benar-benar memikirkan diri kalian, membuat diri kita lebih bermakna. Karena pada dasarnya pusat kebahagian adalah pada diri kita sendiri dan orang lain sebagai pelengkap kebahagiaan.

 Dengan menulis ekspresif, kalian bisa megutarakan segala perasaan yang dialami tanpa takut perkataan orang lain yang bikin kalian semakin down. Intinya hal ini salah satu sebuah upaya untuk mengungkapkan segala emosi yang dirasakan. Dengan menulis dapat membantu kita untuk melihat masalah dari sudut pandang yang lain. Kamu dapat melakukan stop and think, diam sejenak dan berpikir sejenak tentang apa yang kamu rasakan dan apa yang menurutmu memicu perasaan itu. 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

PROCRASTINATION : Nunda terus, kapan selesainya?

Empathy Gap : Mengapa orang gagal memahami perspektif yang berbeda

Toxic Positivity : Kalimat yang Memaksa Diri untuk Pura-pura Bahagia